Ada pertanyaan menarik dari saya buat Anda: "Pernahkah Anda mencoba menghitung, berapa kali dalam bulan ini Anda mendapat undangan pesta pernikahan?" Pertanyaan kedua, "Pernahkah Anda menghitung berapa total uang yang Anda keluarkan untuk hadiah pernikahan tersebut?" Mungkin banyak dari Anda yang kaget setelah mencoba menghitungnya. Kenapa? Karena terlalu banyak.
Ya, hadiah pernikahan memang hanya salah satu contoh dari sekian banyak 'biaya sosial' yang biasa kita temui dalam pergaulan kita sebagai anggota masyarakat. Masih banyak lagi contoh biaya sosial yang bisa Anda temui, seperti iuran RT/RW, permohonan sumbangan untuk masjid, gereja, panti asuhan, dan sebagainya, bahkan iuran arisan pun sebenarnya bisa digolongkan ke dalam biaya sosial, lho.
Prinsipnya, pengeluaran uang yang dilakukan untuk 'bersosialisasi' dengan lingkungan sekitar atau 'membantu' orang di sekililing kita, bisa dikatakan sebagai biaya sosial. Nah, sebagai orang yang hidup di tengah masyarakat, kita pun tidak bisa menghindar dari 'kewajiban' untuk mengeluarkan 'biaya sosial' ini. Betul, enggak? Ini karena seringkali bila seseorang lalai, atau sengaja menghindar, dari kewajiban sosial ini, bisa-bisa dia akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakatnya. Contohnya banyak, sindiran, cemoohan, atau bahkan sampai dikucilkan dalam pergaulan. Wah, repot atuh ... Masalahnya, biarpun kelihatannya sepele, biaya-biaya sosial yang muncul sehari-hari, bila diakumulasikan, bisa menjadi besar dan bukan tidak mungkin akan memberatkan keuangan kita. Enggak lucu, kan kalau niatnya ingin bersosialisasi dengan tetangga, eh malah keuangan kita sendiri yang jadi keteteran. Kalau sudah begini, enggak mungkin juga kita menyalahkan tetangga atau pihak-pihak yang sudah kita sumbang.
Untuk jelasnya baca artikel secara utuh di : Kiat siasati biaya sosial